Thursday, May 15, 2014

BAB 7 Kasus - Kasus Pemasaran



MAKALAH
DASAR PEMASARAN


NAMA               : YULIANA
NPM                  : 29213571
KELAS              : 1EB17
DOSEN              : FITRIANSYAH HAMBALI


UNIVERSITAS GUNADARMA
2014


KATA PENGANTAR
                         
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dalam rangka memenuhi tugas dalam mengikuti proses perkuliahan Dasar Pemasaran, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma tahun 2014.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebab pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis terbatas, cukup banyak tantangan dan hambatan yang penulis temukan dalam menyusun makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.






Depok, Mei  2014


Penyusun











DAFTAR ISI
           
7.      KASUS-KASUS PEMASARAN
7.1  Contoh Kasus Nyata pada Materi Pemasaran 
7.2  Diskusi Kasus Pemasaran






BAB VII
KASUS – KASUS PEMASARAN

7.1            Contoh Kasus Nyata pada Materi Pemasaran

PT.JAYA
Pada awal tahun 1992, Bapak Teguh Jaya, presiden dan CEO pada perusahaan yang menggunakan namanya,menerima laporan pendahuluan dari akuntan publik yang menyiapkan pajak penghasilan  perusahaan  tahun 1991. Diketahui bahwa kerugian operasi sekitar Rp 180.000.000,00 melebih dari jumlah yang diperkirakan. Hal ini berarti melebihi kerugian operasi  yang dialami  perusahaan  lima  tahun  yang lalu  (1987 -1991) dengan  total  Rp 508.000.000,00. Sementara "pendapatan  lain" terpengaruh oleh dampak kerugian tersebut. Situasi seperti ini membuat Bapak Teguh Jaya menjadi sangat serius dalam hal mengelola investasi milik keluarga (lihat Lampiran 1 mengenai laporan pendapatan 1986 - 1990).
Perusahaan yang berlokasi di pusat kota Solo, daerah bagian selatan Jawa Tengah, di dirikan pada tahun 1976 oleh Akhmad Jaya. Pada awal berdirinya, perusahaan terutama bergerak sebagai distributor  perlengkapan kantor, termasuk di dalamnya kertas dan perlengkapan  alat tulis-menulis.  Sejak  kematian  Akhmad Jaya tahun 1946,  penanggung jawab  kegiatan  perusahaan  digantikan  oleh  anaknya,  Andil  Jaya,  yang  pada  waktu  itu berumur 25 tahun. Pada pertengahan tahun 1980 perusahan memasuki bidang usaha yang ketiga yaitu usaha percetakan. Kegiatan usaha tambahan ini dimulai dengan mengoperasikan letterpress yang sering digunakan untuk membuat kartu bisnis, lembar pengumuman, poster, dan sejenisnya. Sampai tahun 1980-an, bisnis percetakan telah diperluas dengan membeli alat percetakan berwarna, alat penulisan dan penjilidan. Perusahaan mengoperasikan pencetakan tiga wama bersama-sama 7 letterpress kecil pada tahun 1992.


PT.JAYA Laporan Pendapatan
1986-1990
(Dalam nilai Rp 000.000,00)
Penjualan
11.647
11.221
8.303
6.854
8.010
Hg. Pokok Produksi
7.582
7.371
5.274
4.434
5.068
Laba kotor
4.065
3.850
3.029
2.420
2.942
Biaya-biaya
4.238
3.742
3.044
2.740
2.894
Pendapatan Operasi
(173)
108
(15)
(320)
 48
Pendapatan Lain *
127
133
109
92
     95
Pendapatan sebelum
(46)
241
94
(228)
143
Pajak






*Termasuk pendapatan potongan, bunga dan macam-macam

Teguh Jaya, cucu Akhmad Jaya, memasuki bisnis pada tahun 1978 setelah lulus dari akademi  manajemen  di Jakarta.  Ia pertama kali bekerja sebagai salesman perlengkapan kantor dan kemudian berganti sebagai salesman percetakan. Pada tahun 1985, Andil Jaya pensiun dan mundur dari bisnis karena alasan kesehatan. Sebagai gantinya, Teguh Jaya mengambil komando bisnis perusahaan. Dengan jabatan presiden direktur, Teguh Jaya melanjutkan kegiatan usaha orang tuanya yang telah membesarkan dirinya dan lebih khusus lagi keluarga Jaya. Di bawah manajemen Andil Jaya, penjualan meningkat cepat, dan perusahaan tidak pernah mengalami kerugian. Andil Jaya bangga pada kinerja yang dicapai perusahaan khususnya dalam pengelolaan keuangan perusahaan.
Pada  akhir  tahun  1991,  aktiva  lancar  memiliki  kelebihan  Rp 4 milyar  (termasuk investasi sekitar Rp I milyar guna membeli a!at cetak berwarna baru) dibimdingkan hutang lancar  yang hanya sekitar  Rp 900.000.000,00 - berupa hutang  wesel. Perusahaan  tidak mempunyai hutangjangka panjang. Perusahaan memiliki bangunan yang telah direnovasi di mana Andil Jaya menganggap sebagai "sangat istimewa untuk tujuan kami." Lokasi bangunan,  dimana  semua  perusahaanya  berkumpul,  terletak  dekat  wilayah  kota bagian selatan dan memiliki fasilitas  parkir yang luas. Keluarga Jaya adalah sebagai pemegang saham tunggal di semua perusahaannya.

LINGKUNGAN EKONOMI
Dalam mengomentari perkembangan lingkungan ekonomi perusahaan selama ini, Pak Jaya berpendapat bahwa secara urnurn, propinsi dan kota Solo telah mengalarni pertumbuhan yang stabil dalam kegiatan ekonomi; seperti misalnya dalam ukuran populasi, penjualan eceran, tenaga kerja, dan pendapatan per kapita. Walaupun demikian, berbagai indikator yang diperoleh dari berbagai sumber itu nampaknya masih sulit untuk dihubungkan secara langsung dampaknya terhadap peningkatan kegiatan bisnis pak Jaya. Untuk beberapa tolok ukuryang dipergunakan, menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu memberikankontribusi yang cukup memuaskan.
Indikasi tentang hal ini dapat dilihat dari banyaknya order yang diterima perusahaan yang berasal dari berbagai kalangan, baik pemerintah maupun pihak swasta lain. Peningkatan hubungan dengan berbagai industri jasa yang ada ternyata juga telah membawa dampak positi:t' bagi peningkatan kesempatan kerja di daerah. bagi perusahaan Jaya sendiri, upaya untuk menggunakan atau mempekerjaan "Putra Daerah" menjadi contoh bagi perusahaan swasta lain dalam membantu pemerintah mengendalikan laju urbanisasi. Laju perkembangan perusaaann terasa semakin kuat setelah terbentuknya suatu "synergy" antar unit bisnis yang dimiliki. Peningkatan usaha perabot kantor pada umumnya akan diikuti dengan pemenuhan produk basil percetakan.
Hasil analisis lingkungan yang dilakukan oleh Pak Jaya mungkin tidak seluruhnya berlaku bagi kondisi daerah lain di Jawa Tengah. Lebih dari itu, dari perkumpulan perdagangan kami melaporkan bahwa perabotan dan perlengkapan kantor berada pada tingkat pertumbuhan nasional sekitar 6-8% dan diharapkan rata-rata 11% pada dekade 1990-an dalam nilai rupiah konstan. Tentunya usaha kami terpengaruh oleh inflasi yang menyulitkan untuk beberapa tahun lalu. Pak Jaya sendir  bahkan tidak tahu bewpa  tingkat perkembangan  harga-harga secara umum di daerah Solo. Sebagai bahan acuan, pak Jaya hanya mengetahui tingkat inflasi nasional berkisar 6-8% untuk tahun 1986-1990,  sekitar 11% tahun 1989, dan 14% untuk tahun 1990. Namun demikian,  atas dasar pengalaman  yang dialami,  tingkat inflasi yang tinggi banyak menghambat kelancaran kegiatan usahanya. Itu sebabnya pak Jaya berharap tingkat inflasi yang lebih rendah dapat dicapai kembali.

ORGANISASI  PERUSAHAAN
Struktur organisasi perusahaan selama ini masih tetap seperti yang dicantumkan dalam akte pembaharuan perusahaan kira-kira 10 tahun yang lahi. Hanya saja, kini ada tambahan 3 departemen operasi (perlengkapan kantor, perabotan, dan percetakan), dan 3 departemen lain yaitu akuntansi, penerimaan dan pengiriman, dan penjualan. Setiap perlengkapan kantor dan perabotan mempunyai retalier, gudang, dan operasi pembelian. Semua, kecuali penerimaan dan pengiriman,  dikepalai oleh wakil presiden yang melaporkan  langsung  kepada Bapak Jaya. Departemen perlengkapan kantor mempunyai unit pembelian dibandingkan dua departemen lain, sementara manajer perabotan kantor dan percetakan bertanggungjawab langsung  terhadap  kegiatan  departemen  tersebut.  Akuntansi  mencatat  semua  pembelian barang dan jasa yang dapat dikomsumsi, termasuk semua pekerjaan. Sebab akuntansi bertanggung  jawab kepada setiap orang, maka akuntansi  juga mencatat asuransi jiwa dan kesehatan.
Bapak Jaya senatiasa memperhatikan pelaksanaan departemen akuntansi, terutama yang berkaitan dengan sistem akuntansi biaya. Ia menyatakan bahwa : "Kita mempunyai masalah yang sangat nyata ketika mengetahui aktivitas di tingkat departemen. Kita tidak pemah menyadari berapa pendapatan operasi departemen dari  bulan  ke bulan. Kita mengkomputerisasikan dua tahun yang lalu dan tidak pemah sama sejak itu. Saya menduga bahwa sistem manual sebelumnya tidak semuanya baik dan kita menyederhanakan permasalahan  yang majemuk ketika kita menggunakan komputer".
Masalah lain adalah terlalu banyak sistem catatan dalam perusahaan, dan tidak ada yang cocok antara satu dengan yang lain. Penjualan secara khusus jelek pelaksanaannya. Catatan mereka  tidak  pemah  cocok  dengan  akuntansi  pada  pemberian  komisi  yang seharusnya kepada salesman. Tidak dapat ditentukan  siapa yang benar, hal ini tidak hanya memakan waktu  tetapi  ada  dekadensi  moral  pada  armada  penjualan.  Problem  sejenis  ada  pada peramalan  penjualan.  Departemen  penjualan  harus sudah menghasilkan  peramalan  yang dapat diandalkan. Sebagai konsekuensi, kami telah menemukan kesalahan yang hampir tidak mungkin untuk menyusun anggaran yang bermanfaat bagi setiap divisi operasi dan perusahaan secara keseluruhan.

BAGIAN PERCETAKAN
Bertahun-tahun, perusahaan  menemui kesukaran untuk menentukan  ukuran dan pertumbuhan beberapa segmen pasar untuk produk percetakan sebab ada kekurangan data sekunder dan catatan historis internal. Aktivitas manajemen penjualan, menurut Teguh Jaya, tidak pemah berfungsi baik dengan respek "tidak mencapai pasar potensial produk tambahan dan tipe pe1anggan, frekuensi penjua1an, kepuasaan  konsumen, dan produk  yang menguntungkan". Ia kemudian berkata bahwa "ketika departemen ini memgi, bagian pengembangan tahun 1990 berbeda dengan tahun 1989 dan se1ayaknya membah cara biaya energi dan sewa dia1okasikan". Ia mengestimasi  bahwa pembahan  pada tahun 1990 atas tahun 1989 ada1ah Rp 63.000.000,00.  (Lihat Lampiran 2 untuk penjua1an.dan keuntungan untuk setiap departemen pada tahun 1989 - 1990).
Perusahaan mempunyai tiga sistem percetakan berbeda. Satu sistem adalah operasi berwama jenis Webb kecepatan tinggi yang berspesia1isasi di percetakan gambar, brosur keci1 dan kupon-kupon. lni dijua1 kepada pemsahaan barang yang besar (seperti pemsahaan minyak),  hampir  semuanya  ber1okasi di 1uar propinsi  Jawa Tengah.  Pada tahun  1990, penjua1an mencapai Rp 1.774.512.000,00  dengan

Lampiran 2

Penjualan dan Pendapatan Operasi Departemen, 1987 - 1990 (dalam Rp 000.000,00)


Percetakan
Perlengkapan
Perabotan
Jual
Pendpt
Jual
Pendpt
Jual
Pendpt
1987
1988
1989
1990
3.969
3.943
5.052
6.484
(369) (197) (100)
(18)
1.869
3.426
5.117
4.087
8
171
153
(198)
1.016
934
1.052
1.068
41
41
55
43

Estimasi  profit sebesar  Rp 72.000.000,00.  Tahun-tahun  se1anjutnya penjua1an tetap stabil. BapakJaya mengatakan bahwa pemsahaanya berada pada keadaan tidak menguntungkan di da1am pasar kompetisi yang tinggi sebab "tidak hanya perlengkapan kami tidak modem tetapi kami juga tidak memberikan  pe1anggan-pe1anggan kami sistem yang terintegrasi. Kemudian,  kami  hanya  mendapatkan  bisnis insert  tunggal.  Hambatannya  ada1ah biaya sekurang-kurangnya Rp 4.000.000.000,00 untuk membangun sistem modern yang bam- dan kita hams membangun atau menyewa bangunan bam untuk sistem bam tersebut. Disamping itu, sekarang ini terjadi kelebihan kapasitas di da1am industri".
Perusahaan menjual produk Webb melalui broker yang berlokasi temtama di Purwokerto, Yogyakarta  dan Semarang.  Para broker  menerima 5% dari penjua1an atas jasa mereka. Mereka cenderung  menempatkan Jaya sebagai prioritas terbawah karena kenda1a-kenda1a sistem pada pemsahaan Jaya. Bagaimanapun juga ia hams memutuskan apakah memordenisasi atau menerima situasi penjualan menumn.
Produk alat cetak humf masih mempakan bagian utama dari bisnis percetakan. Pemsahaan mengoperasikan 7 a1at press dengan berbagai ukuran dan kecepatan. Semua a1at press tetap masih dipakai,  meskipun  banyak  yang telah diperbarui;  dan semuanya  dianggap  berada dalam  kondisi  yang  bagus.  Alat-alat  press  tersebut  digunakan  untuk  berbagai  produk termasuk bentuk surat, amplop, daftar harga, tiket, formulir pendaftaran, kartu, katalog, label brosur dan lain-lain. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa, dalam satu bulan, 121 produk berbeda (seperti yang disebutkan diatas) dicetak- kebanyakan dalam jumlah kecil.Studi yang sama menunjukkan distribusi penjualan alat cetak dengan berbagai ukuran.

           

Pesanan
Rupiah
Kurang dari Rp 50,00
Rp 50,00 - Rp 90,00
Rp 100,00- Rp 199,00
Rp 200,00 - Rp 499,00
Rp 500,00 - Rp 999,00
Rp 1.000,00 lebih
Total
11%
25%
26%
27%
7%
4%
100%
2%
6%
15%
32%
20%
25%
100%


Dibandingkan sejumlah pesanan kecil, Bapak Jaya berpendapat bahwa pengoperasian letterpress nampak menguntungkan mungkin berjumlah Rp 75.000.000,00 per tahun. Tetapi penjualan kami menurun sebab penggunaan mesin foto kopi kantor yang canggih dan pembukaan franchise alat cetak cukup kecil. Kami tidak yakin bahwa pembelian perlengkapan barn akan menolong sebab jumlah alat cetak jenis mom-dan-pop meningkat, dan biayanya membuat mereka berkompetisi dengan kami."
Warna ditampilkan ketiga tipe alat cetak dan termasuk alat cetak 2 dan 4 warna. Perusahaan mengoperasikan 3 alat press besar. Dalam tahun 1990, total penjualan lebih dari Rp 3.000.000.000,00.  Dalam komentamya mengenai penjualan alat press berwarna, Bapak Jaya menyatakan, "kita telah bekerja baik pada tahun ini setidaknya untuk bidang penjualan. Dua tahun lalu, kita mempunyai pesanan yang sangat besar. Kita selalu mempunyai masalah kelebihan  kapasitas  di  bidang  warna.  Untuk  menghasilkan  uang  dengan  perlengkapan tertentu,  kita  harus  sampai  pada  2  putaran  kerja.  Tahun  lalu  kita  rugi  lebih  dari  Rp
160.000.000,00 pada pencetakan berwarna.
Bapak  Jaya  mengestimasikan  penggunaan perlengkapan cetak  berwarna  sekitar 60% dibandingkan 80% untuk alat press huruf. Efesiensi  cetak warna masih sekitar 70% (jumlah jam kerja tersedia dibagi jumlah jam kerja yang dilaksanakan). Ada keterangan yang menyatakan bahwa tidak semua karyawan cetak berwama bekerja sesuaijam kerja. Hal  ini disebabkan kekurangan karyawan  trampil  di  bidang  cetak  berwarna. Karena mereka  lebih  suka  bekerja  di tempat  lain yang memperhatikan keselamatan kerja dan upah 1embur.
Pada tahun-tahun ini, kompetisi telah meningkat terutama dari alat cetak dari negara luar. Hal ini berkaitan dengan munculnya tender kerja lokal. "Alat cetak ini secara sederhana bertujuan menjaga pembelian alat press tetap berjalan,"kata Bapak Jaya. Mereka membebankan harga lebih tinggi di lain tempat. Keadaan demikian sangat sukar bagi kita untuk berkompetisi, disamping itu kita tidak pernah memastikan siapa yang menawarkan. Saya mengandaikan melakukan hal yang sama di luar negara, maka kita barns merekrut penjual-penjual yang benar-benar trampil dan digaji minimal Rp 75.000.000,00 per tahun. Kita berusaha bekerja melalui broker tetapi cara tersebut tidak pernah sukses.
Perusahaan  juga dihadapkan  pada meningkatnya  kompetisi dari kompetitor terbesar lokal yang telah memasang sistem cetak 4 warna yang dikontrol oleh komputer dengan biaya sebesar Rp 2.000.000.000,00. Perlengkapan ini mempunyai 2 kali kecepatan dari alat cetak Jaya dan berkualitas lebih baik. Sejak pemasangan sistem barn tersebut, Bap;:tk Jaya semakin sulit untuk mendapatkan  pekerjaan 1okal berkualitas tinggi dalam jangka panjang. Bapak Jaya mentargetkan pekerjaan berjangka menengah- pendek dan menekankan kemampuan memberikan  pengiriman  cepat, sebab memiliki 3 alat press yang lebih fleksibel.  Dalam jangka panjang, menurut Bapak Jaya, perusahaan barns membeli alat press berwarna yang barn, dan rencana ini dilakukan  jika ia telah menemukan relung pasar dimana ia mampu bersaing dengan sukses.

PERLENGKAPAN KANTOR
Penjualan   departemen  ini  terus  meningkat   dari  tahun  1987   ampai 1989  dan otomatis meningkatkan kontrak lokal dan pemerintah (lihat lampiran 2). Lini perlengkapan kantor terdiri dari 10.000 item persediaan termasuk kertas, pen, pensil, tinta, lem, amp1op dan perlengkapan kantor lainnya. Departemen ini juga menjual perlengkapan pernrosesan data.  Dalam  tahun  1990,  bisnis  ini membandingkan beberapa  lini produknya sebagai berikut:


Kontrak pemerintah lokal/pusat

56%
Penjualan Komersial
26%
Retail,Kas dan Behan
4%
Pesanan-pesanan melalui telepon
9%
Perlengkapan pemrosesan data
5%

100%

Catatan : Tidak ada komisi penjualan pacta kontrak pemerintah atau penjualan retail. Komisi dibayar  pacta semua penjualan kecuali pesanan  melaiui telepon dari pelanggan..  Diperkirakan hanya 30% total penjualan yang dapat dikomisikan.

Pada tahun 1988 dan 1989, profttabthtas departemen merupakan basil dari kontrak pemerintah melalui pelaksanaan tender. Pada tahun 1990, perusahaan kurang sukses dalam pelaksanaan  tender dan konsekuensinya  me'nurunkan penjualan. Ditambahkan  pula, ada resiko permanen dalam kontrak pemerintah, dan Bapak Jaya berpikir bahwa mereka mempunyai efek negatif pada bisnis komersial. Hal ini disebabkan alur pesanan yang tidak teratur menimbulkan perbedaan kuantitas persediaan item dan sukar menghindari terjadinya persediaan yang habis dalam jumlah besar. Lebih jauh lagi, sebab pemerintah memberikan hukuman bagi keterlambatan pengiriman, sehingga cenderung memberikan prioritas perhatian kepada pemerintah. Ia tahu bahwa perusahaan kehilangan penjualan komersial sebab perusahaan tidak dapat memberikan jasa yang memadai kepadakonsumen, terutama pepediaan yang habis. Dan para kompetitor mengkhususkan diri menjual perlengkapan produk hanya kepada pasar komersial.
Persediaan departemen tidak dikomputerisasi; dan pacta akhir tahun selalu ada perbedaan antara nilai persediaan phisik dengan buku persediaan. Pesanan-pesanan kecil memi1iki masalah-masalah yang sulit. Sebagai contoh, 30% dari total tiket, pacta tahun 1990, bernilai kurang dari Rp 1.000,00 dan merupakan 3% dari penjua1an (untuk se1anjutnya dapat lihat tabel). Perusahaan  mempertimbangkan  pemberian biaya jasa untuk pesanan dibawah  Rp.1.000,00 tetapi hal ini tidak disetujui oleh armada penjualan.
Perlengkapan  kantor memiliki margin tinggi (diatas 50% pacta retail),dan  karenanya sering memberi potongan. Margin kotor Jaya, pada tahun 1990, sekitar 30% sebagai akibat rendahnya tender pemerintah dan pemberian potongan kepada konsumen komersiaL karena pasar perlengkapan kantor sangat kompetitif. Lebih-lebih lagi, pembeli-pembeli besar menempatkan  pembelian mereka sebagai suatu tender untuk jangka waktu 6 bulan atau 1 tahun. Kontrak yang ditenderkan  tidak terdaftar, tidak meyebutkan itemnya, tetapi dalam jumlah rupiah total.

Distribusi Tiket Pesanan Perlengkapan  Kantor dengan Ukuran
           

Pesanan (% tase)
Penjualan (% tase)
Kurang dari Rp 1.000,
Rp 1.000,- - Rp 1.999
Rp 2.000,- - Rp 2.999,-
Rp 3.000,- - Rp 3.999,-
Rp 4.000,- - Rp 4.999,-
Rp 5.000,- - Rp 9.999,-
Rp I 0.000,- dan lebih
 Total
29%
18%
12%
6%
6%
15%
14%
100%
3%
4%
4%
3%
4%
16%
66%
100%

Bapak Jaya  telah  menurunkan  penawarannya  secara  agresif  pacta bisnis  komersial karena perusahaannya tidak dapat memberikan jasa memadai bagi pelanggan.

PERLENGKAPAN KANTOR
Penjualan departemen  perabotan kantor secara relatif tetap stahil beberapa tahun lalu (lihat Lampiran 2). Departemen ini mempunyai lini perabotan ka:yu dan besi serta assesori (misaL lampu, jam, asbak, dan patung porselin). Perabotan besi menekankan kualitas dan harga pacta lini produk yaitu meja kerja, kursi, meja tamu dan file. Perabotan kayu secara relatif membawa produk-produk mahal dari berbagai supplier termasuk meja kursi eksekutif. kursi, meja tamu, sofa, meja kopi, lemari.  Dekorator  part-time  disediakan untuk konsultasi gratis dengan  pelanggan  berprospektif.
Bapak Jaya menekankan pada perabotan kayu dan perabot kantor-kantor eksekutif untuk sejumlah  perusahaan lokal.  Manajer  departemen menyatakan bahwa  segmen  berkualitas tinggi  menurun   pada  perabotan   baja.  Hal  ini  sebagian  disebabkan adanya  pertumbuhan penjualan   sistem  perencanaan  kantor  yang  menggunakan  kombinasi   perabotan   dengan ruangan  komputer. Segmen  ini diharapkan mempunyai penjualan  melebihi  perabotan konvensional dan  mempunyai  pertumbuhan  rata-rata  tahunan   l09c (dalam  nilai  rupiah konstan)  untuk beberapa  tahun yang akan datang.
Salah satu kesukaran dalam segmen sistem ini adalah margin rendah dan keterlibatan manufaktur  yang  besar  yang  memberikan  potongan   lebih  besar  dari  yang  normal  dan membiayai transportasi dan pengiriman ke pelanggan. Secara teratur, perabotan besi menjadi suatu  komoditi.  dan Jaya hampir  tidak menjual  seluruh  produknya. Kompetisi  sangat seru.
Satu dari banyak masalah departemen ini adalah ukuran persediaan yang rata-rata diatas Rp 200.000.000,00 dan perusahaan dipaksa  memenuhi  banyak pesanan  melalui distributor¬ distributor , yang menghasilkan margin  lebih rendah.  Untuk  masa depan. Bapak Jaya tetap menekankan perabotan kantor berkualitas tinggi tetapi ada tambahan harga yang lebih rendah dan lini logam. Ia berharap bahwa penambahan ini akan mampu melakukan  penawaran pada pekerjaan  skala menengah. Ia merencanakan untuk menyusun  sistem informasi  pasar yang akan mengidentifikasi semua  konstruksi  baru dan menugaskan manajer departemen secara teratur berhubungan dengan perusahaan  konstruksi terbaik di negaranya ( 70% dari penjualan perabotan dapat dikomisikan). Keadaan ini diharapkan meningkatkan penjualan departemennya sebesar 10% per  tahun  dan  memberikan  peningkatan  keuntungan  yang sangat besar.

DEPARTEMEN  PENJUALAN
Departemen penjualan  memiliki  seorang  manajer  penjualan. seorang  asisten  manajer, seorang  ahli statistik  penjualan. dua orang  sekretaris, dua orang  salesmn intern. 6 orang salesman  nasional 11 orang  salesman  kota dan seorang  spesialis  penjualan  perlengkapan pemrosesan data.  Semua  salesman  ekstern  diberi  komisi dan tambahan  gaji serta dibiayai semua  pengeluaran transportasinya. Perusahaan juga mempunyai  sejumlah  karyawan  toko yang menjual  perabotan  dan perlengkapan kantor.
Tiga dari  II  salesman  kota mengkhususkan pada pencetakan  berwarna  dan mencakup seluruh  kota serta  mendapat  komisi  I Oo/c. Mereka juga menjual  beberapa  alat cetak  huruf. meskipun tidak se-agresifmenjual alat cetak berwarna. Tanpa kecuali, mereka tidak menjual produk  Jaya yang lain. meskipun  mereka  seringkali  hermanfaat dalam  sebagai  '' pembuka pintu"  bagi salesman  lain.  Mereka  terlalu  puas dengan  memperoleh hasil  yang sama  tiap tahun. Mereka  tidak menunjukkan inisiatif  mencari  pelanggan  baru, kecuali  jika didorong.
Enam orang  salesman  nasional  mencakup  seluruh  propinsi  kecuali  untuk area  Metro dimana  Jaya berlokasi.  Kebanyakan dari mereka telah lama bekerja,  tiga diantaranya sudah bekeija 20tahun.Merekamempunyai wilayah tentorial pemasaran yang tetap dan mengadakan peijalanan setiap dua bulan sekali. Penjualan mereka ditujukan kepada pemerintah pusat dan daerah serta pelanggan komersial baik skala besar maupun skala kecil dalam industri. Mereka cenderung  mengkhususkan   penjualan  jenis  pencetakan  huruf,  alat  tulis-menulis,  map/ penjilid yang mahal, dan perabotan.Mereka sangat sedikit menjual perlengkapan kantor. Komisinya adalah 12% untuk pencetakan dan 10% untuk yang lain. Pada tahun-tahun ini penjualan mereka menurun dengan total Rp 715.000.000,00 dimana 15%-nya adalah penjualan perabotan, 18%-nya penjualan perlengkapan produk (terutama pada map/penjilid), dan 67%-nya penjualan alat cetak (terutama pada alat press huruf). Bapak Jaya menyadari bahwa penjualan nasional akan terus menurun karena kompetisi lokal, komputerisasi  pada negara tertentu, dan catatan-catatan lokal, dan kecenderungan  terhadap kontrak pemerintah diberbagai  hal yang bersifat politik. Bapak Jaya ragu-ragu apakah bisnis nasional sangat menguntungkan,  tetapi ia merencanakan tidak mengubah model jasa armada penjualan.
Armada penjualan kota terdiri dari 7 laki-laki (seorang mengkhususkan  perlengkapan pemrosesan data) dan 2 wanita yang menjual semua produk perusahaan. Komisi mereka sama dengan yang dibayarkan kepada armada penjualan kota. Mereka menerima komisi terlalu rendahjika penjualan di bawah target. Satu orang pria dan satu orang wanita adalah pegawai baru  dan  mereka  mendapatkan  jaminan  bulanan  sampai  komisi  mereka  sama  dengan perjanjian mereka. Semua salesman bekerja atas dasar penugasan, dan tidak memperhatikan lokasi. Dalam tahun-tahun sekarang ini, armada penjualan kota mengalami turnover kerja yang tinggi dan hasilnya pelanggan-pelanggan  besar berpindah ke orang-orang yang masih bertahan. Tiga orang salesman memiliki 50% lebih dari penjualan. Manajer penjualan dalam situasi demikian memberikan komentamya, "Suatu saat kita harus meyerahkan beberapa pelanggan besar kita kepada orang lain - sebaliknya, ada kesempatan  kecil bagi salesman termuda kita untuk menerima penyerahan itu. Orang-orang top kita menghabiskan banyak waktu mereka melayani pelanggan-pelanggan yang terbatas jumlahnya. Mereka telah melupakan  apa  yang dijual.  Tetapi  sekarang  mereka  tabu  bahwa  pelanggan-pelanggan mereka, dan saya membenci untuk berpikir meninggalkan mereka dan mengambil mereka dengan para salesman kita."







REFERENSI


No comments:

Post a Comment