TUGAS SOFTSKILL
ETIKA PROFESI AKUNTANSI
e-Jurnal
BINAR AKUNTANSI
Vol.
2 No. 1, Januari 2013
ISSN
2303 – 1522
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN ETIKA PROFESI
TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS
A.M.
Kurniawanda
Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Jambi
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris tentang Pengaruh
Profesionalisme Auditor dan Etika Profesi secara simultan dan parsial terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas. Analisis data dilakukan dengan metode
regresi linier berganda dan pengujian hipotesis dengan uji simultan (uji F) dan
uji parsial (uji t). Penelitian ini menggunakan data primer dan diperoleh
dengan menyebarkan kuesioner kepada 9 KAP di Kota Palembang. Populasi
penelitian ini adalah auditor independen yang bekerja pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang berada di Palembang yang berjumlah 9 KAP. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa Profesionalisme Auditor yang terdiri dari Pengabdian Pada
Profesi, Kewajiban Sosial, Kemandirian, Keyakinan Pada Profesi, Hubungan Sesama
Profesi dan Etika Profesi secara simultan berpengaruh terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas. Secara parsial dari Pengabdian Pada Profesi, Kewajiban
Sosial, dan Hubungan Sesama Profesi yang tidak mempunyai pengaruh terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas. Akan tetapi Kemandirian, Keyakinan Pada
Profesi, dan Etika Profesi secara parsial mempunyai pengaruh terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas.
Kata
kunci : Profesionalisme Auditor, Etika Profesi,
Materialitas.
PENDAHULUAN
Di era globalisasi sekarang
ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas Negara, kebutuhan akan laporan
keuangan yang dapat dipercaya tidak dapat dielakkan lagi. Eksternal auditor
yang independen menjadi salah satu profesi yang dicari. Profesi auditor
diharapkan oleh banyak orang untuk dapat meletakkan kepercayaan pada
pemeriksaan dan pendapat yang diberikan sehingga profesionalisme menjadi
tuntutan utama seseorang yang bekerja sebagai auditor eksternal.
Gambaran seseorang yang
profesional dalam profesi eksternal auditor dicerminkan dalam lima dimensi
menurut Hall R Syahrir, (2002 : 7), yaitu : 1. pengabdian pada profesi, 2.
kewajiban sosial, 3. kemandirian, 4. kepercayaan pada profesi, 5. hubungan
dengan rekan seprofesi. Eksternal auditor yang memiliki profesionalisme yang tinggi
akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan.
Untuk memenuhi perannya yang membutuhkan tanggung jawab yang besar, eksternal
auditor harus mempunyai wawasan yang luas dan pengalaman yang memadai sebagai
eksternal auditor.
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah apakah profesionalisme auditor dan etika profesi secara
simultan dan parsial mempunyai pengaruh terhadap pertimbangan tingkat
materialitas ?. Adapun Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa
profesionalisme auditor dan etika profesi berpengaruh secara simultan dan
parsial terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
METODE
PENELITIAN
1.
Operasionalisasi
Variabel
Pada penelitian ini
variabel independennya adalah profesionalisme auditor yang terdiri dari
pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan pada profesi,
hubungan dengan sesama profesi dan etika profesi. Sedangkan variabel
dependennya adalah pertimbangan tingkat materialitas. Pengabdian pada profesi
adalah dedikasi profesional dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang
dimiliki serta tetap melaksanakan tugasnya meskipun imbalan intrinsiknya
berkurang. Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi
serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun professional karena
adanya pekerjaan tersebut. Kemandirian merupakan suatu pandangan seorang
profesional yang harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak
lain. Keyakinan pada profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang
dalam menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang
luar yang tidak mempunyai kompeten dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
Hubungan dengan sesama profesi menggunakan ikatan profesi sebagai acuan,
termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal
sebagai sumber ide utama pekerjaan. Etika profesi merupakan kode etik IAPI dan
aturan etika Kompartemen Akuntan Publik, Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)
dan standar pengendalian mutu auditing merupakan acuan yang baik untuk mutu
auditing (Agoes, 2004).
2.
Populasi
dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini
adalah auditor independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
berada di Palembang yang berjumlah 9 KAP. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh auditor yang ada di KAP di Palembang yaitu berjumlah 62 auditor.
Dalam penelitian ini kriteria penentuan sampel tidak dibatasi oleh jabatan
auditor pada KAP (partner, senior, atau junior auditor) sehingga semua auditor
yang bekerja di KAP Palembang dapat diikutsertakan sebagai responden.
3.
Jenis
dan Sumber Data
Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dapat berupa
opini subyek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap
suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian (Indriantoro,
2009). Data-data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui metode survei
menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden.
4.
Teknik
Analisa Data
MSI
(Method of SuccessiveInterval)
Jenis data yang
terkumpul dari kuesioner merupakan data nominal dan ordinal, khususnya yang
menyangkut identitas/karakteristik responden. Sedangkan data yang menyangkut
jawaban berskala likert, pada dasarnya adalah data ordinal. Oleh karena itu,
untuk keperluan analisis data ordinal perlu ditransformasikan notasi
masing-masing jawaban tersebut menjadi data interval dengan menggunakan method of successive interval
(Sumarsono, 2002) untuk menetapkan skor (scale
value) tiap-tiap butir pertanyaan.
Uji
Kualitas Data
Menurut Hair dalam
Poniman (2004), kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen
penelitian dapat dievaluasi melalui uji reliabilitas dan validitas.
Uji
Validitas (Ketepatan)
Validitas merupakan
derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian
dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2008). Pendekatan
yang digunakan dalam uji validitas (analisis butir) pada penelitian ini adalah
dengan membandingkan nilai r (corrected
item – total correlation) dengan r tabel sehingga dapat diketahui item
pertanyaan mana yang gugur dan sahih. Item
butir pertanyaan sahih jika r hitung > r tabel (Ghozali, 2009).
Uji
Reliabilitas (Konsistensi)
Uji reliabilitas
digunakan untuk menunujukkan ukuran kestabilan dan konsistensi dari konsep
ukuran instrumen atau alat ukur, sehingga nilai yang diukur tidak berubah dalam
nilai tertentu. Konsep reliabilitas menurut pendekatan ini adalah konsistensi
diantara butir–butir pernyataan atau pernyataan dalam suatu instrumen.
Reliabilitas diukur dengan uji statistik cronbach
alpha (a). Nunally dalam Ghozali (2009) menyatakan bahwa suatu konstruk
atau variabel dikatakan reliabel jika nilai cronbach
alpha > 0,60.
Analisis
Kualitatif
Analisis statistik
deskriptif adalah yang berbentuk uraian dari hasil penelitian yang didukung
oleh teori dan data yang telah ditabulasi kemudian diikhtisarkan. Analisis ini
digunakan untuk memperkuat analisis kuantitatif (Sugiyono, 2008).
Uji
Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik
yang terdiri dari asumsi normalitas, heteroskedisitas dan multikolinieritas.
Uji
Normalitas
Uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan
independen keduanya memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2009). Uji
normalitas dalam penelitian ini dapat ditempuh dengan menggunakan grafik normal
probability plot yang dimana data
terlihat menyebar mengikuti garis diagonal dan diagram histogram yang tidak
condong kekiri dan kekanan sehingga dapat dikatakan data berdistribusi normal.
Uji
Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas
bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari
residual satu pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada
atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot. Pada
grafik plot, jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola yang
jelas serta titik-titik meyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).
Uji
Multikolinieritas
Uji multikolinieritas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas didalam model regresi yaitu dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation faktor (VIF).
Analisis
Regresi Berganda
Penelitian ini
menggunakan model analisis regresi berganda, hal ini menunjukkan hubungan
(korelasi) antara kejadian yang satu dengan kejadian lainnya. Analisis tersebut
dapat digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen, dengan model analisis sebagai berikut:
Y= a + b1X1
+ b2X2 + b3X3 + b4X4
+ b5X5 + b6X6 + e
Keterangan:
Y
= Pertimbangan tingkat materialitas.
b1, b2, ....., b6
= Koefisien regresi.
X1
= Pengabdian pada profesi,
X2 = Kewajiban sosial.
X3 = Kemandirian.
X4 = Keyakinan pada profesi.
X5 = Hubungan dengan rekan seprofesi
X6 = Etika Profesi
a =
Konstanta.
e =
Galat ( error terms).
5.
Uji
Hipotesis
Uji
F
Untuk menguji hipotesis
pertama (H1) maka dilakukan uji F atau simultan, dimana uji
statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel terkait atau dependen. Kesimpulan yang diambil dalam uji F ini adalah signifikasi
(α) 0,05 atau 5% untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini diterima atau ditolak.
Uji
t
Untuk menguji hipotesis
kedua (H2) sampai hipotesis kelima (H7) maka dilakukan
uji t. Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Kesimpulan
yang diambil dalam uji t ini signifikasi (α) 0,05 atau 5% atau keyakinan 95%.
Koefisien
Determinasi (R2)
Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen, semakin mendekati nilai 1 atau 100%, maka semakin
besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.
Uji
Kualitas Data
Uji
Validitas
Pengujian validitas
instrumen dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 19.0, nilai validitas dapat
dilihat pada kolom Corrected Item-Total
Correlation. Jika angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada angka
kritik (rhitung > rtabel) maka instrumen tersebut
dikatakan valid. Angka kritik pada penelitian ini adalah df= N-2= 57–2 = 55
dengan taraf signifikan 5% maka angka kritik untuk uji validitas pada
penelitian adalah 0,265.
Tabel
1
Hasil
Uji Validitas
Teknik statistik yang
digunakan untuk pengujian tersebut dengan koefisien cronbach’s alpha dengan bantuan program software SPSS versi 19.0. Cronbach’s
Alpha merupakan uji reliabilitas untuk alternatif jawaban lebih dari dua.
Menurut Ghozali (2005:42) suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki
koefisien cronbach’s alpha > 0,6.
Tabel
2
Hasil
Uji Reliabilitas
Uji
Asumsi Klasik
Uji
Normalitas
Gambar
1
Grafik
Uji Normalitas
Gambar
2
Histogram
Uji Normalitas
Uji Heteroskedastisitas
Gambar
3
Grafik
Uji Heteroskedastisitas
Uji
Multikolinieritas
Multikolinieritas dapat
dilihat pada tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Apabila
tolerance value dibawah 0,10 atau
nilai VIF diatas 10 maka terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2009).
Tabel
3
Hasil
Uji Multikolinieritas
Uji Hipotesis
Uji F
Uji F digunakan untuk
menguji tingkat signifikansi koefisien regresi variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen, yaitu dengan memperhatikan signifikan uji
F pada output perhitungan dengan
tingkat alpha sebesar 5%. Jika nilai
signifikan uji F lebih kecil dari 5% maka terdapat pengaruh antara semua
variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel
4
Hasil
Uji F
a.. Predictors:
(Constant), Etika Profesi, Kewajiban Sosial, Keyakinan Terhadap Profesi,
Hubungan Sesama Profesi, Pengabdian Terhadap Profesi, Kemandirian b. Dependent
Variable: Tingkat Materialitas
Sumber : Data Diolah SPSS
Uji t
Uji t digunakan untuk
mengetahui apakah variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen, yaitu dengan memperhatikan signifikan
uji t pada output perhitungan dengan
tingkat alpha sebesar 5%. Jika nilai
signifikan uji t lebih kecil dari 5% maka terdapat pengaruh antara semua
variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel
5
Hasil
Uji t
a.
Dependent
Variable: Tingkat Materialitas
Sumber
: Data Diolah SPSS
1. Pengaruh
pengabdian terhadap profesi terhadap tingkat materialitas.
Dari hasil pengujian
hipotesis variabel pengabdian terhadap profesi diperoleh nilai p value sebesar 0,815 dan thitung
0,236. Oleh karena p value lebih
besar dari 0.05, maka pengabdian terhadap profesi tidak berpengaruh terhadap
tingkat materialitas.
2. Pengaruh
kewajiban sosial terhadap tingkat materialitas.
Dari hasil pengujian
hipotesis variabel kewajiban sosial diperoleh nilai p value sebesar 0,837 dan thitung 0,207. Oleh karena p value lebih besar dari 0.05, maka
kewajiban sosial tidak berpengaruh terhadap tingkat materialitas.
3. Pengaruh
kemandirian terhadap tingkat materialitas.
Dari hasil pengujian
hipotesis variabel kemandirian diperoleh nilai p value sebesar 0,017 dan thitung 2,480. Oleh karena p value lebih besar dari 0.05, maka
kemandirian berpengaruh terhadap tingkat materialitas.
4. Pengaruh
keyakinan terhadap profesi terhadap tingkat materialitas.
Dari hasil pengujian
hipotesis variabel keyakinan terhadap profesi diperoleh nilai p value sebesar 0,007 dan thitung
2,791. Oleh karena p value lebih
besar dari 0.05, maka keyakinan terhadap profesi berpengaruh terhadap tingkat
materialitas.
5. Pengaruh
hubungan sesama profesi terhadap tingkat materialitas.
Dari hasil pengujian
hipotesis variabel hubungan dengan sesama profesi diperoleh nilai p value sebesar 0,479 dan thitung
0.713. Oleh karena p value lebih
besar dari 0.05, maka hubungan dengan sesama profesi tidak berpengaruh terhadap
tingkat materialitas.
6. Pengaruh
etika profesi terhadap tingkat materialitas.
Dari hasil pengujian
hipotesis variabel etika profesi diperoleh nilai p value sebesar 0,000 dan thitung 4,791. Oleh karena p value lebih besar dari 0.05, maka etika
profesi berpengaruh terhadap tingkat materialitas.
Hasil
Persamaan Regresi
Tabel
6
Hasil
Persamaan Regresi
a.
Dependent
Variable: Tingkat Materialitas
Sumber
: Data Diolah SPSS
Y=
14.774 + 0,054 X1 + 0,054 X2 + 0,826 X3 +
0,504 X4 + 0,125X5 + 1,575X6
Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur
berapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.
Tabel
7
Hasil
Analisis Koefisien Determinasi (R2)
a.. Predictors:
(Constant), Etika Profesi, Kewajiban Sosial, Keyakinan pada Profesi, Hubungan
Sesama Profesi, Pengabdian pada Profesi, Kemandirian b. Dependent Variable:
Tingkat Materialitas
Sumber : Data Diolah SPSS
PEMBAHASAN
Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa variabel pengabdian terhadap profesi yang
dimasukkan dalam regresi tidak berpengaruh terhadap tingkat materialitas. Hal
ini diketahui bahwa nilai pengabdian terhadap profesi (Sign t) 0,815> 0,05.
Selain dilihat dari nilai probabilitas, pengabdian terhadap profesi dapat pula
dilihat dari nilai thitung, dan diketahui nilai thitung
0,236 < ttabel 2,008, artinya pengabdian terhadap profesi secara
parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat materialitas. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rifqi (2008) yang
menyatakan bahwa pengabdian terhadap profesi tidak berpengaruh terhadap pertimbangan
tingkat materialitas.
Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa variabel kewajiban sosial yang dimasukkan dalam
regresi tidak berpengaruh terhadap tingkat materialitas. Hal ini diketahui
bahwa nilai kewajiban sosial (Sign t) 0,837 > 0,05. Selain dilihat dari
nilai probabilitas, kewajiban sosial dapat pula dilihat dari nilai thitung,
dan diketahui nilai thitung 0,207 < ttabel 2,008,
artinya kewajiban sosial secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat
materialitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006) yang menyatakan bahwa kewajiban
sosial tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa variabel kemandirian yang dimasukkan dalam regresi
berpengaruh terhadap tingkat materialitas. Hal ini diketahui bahwa nilai
kewajiban sosial (Sign t) 0,017 < 0,05. Selain dilihat dari nilai
probabilitas, kemandirian dapat pula dilihat dari nilai thitung, dan
diketahui nilai thitung 2.480 > ttabel 2,008, artinya
kemandirian secara parsial berpengaruh terhadap tingkat materialitas. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Theresia dkk
(2003) dan Rahmawati (1997) yang menyatakan bahwa kemandirian berpengaruh
terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa variabel keyakinan terhadap profesi yang dimasukkan
dalam regresi berpengaruh terhadap tingkat materialitas. Hal ini diketahui
bahwa nilai keyakinan terhadap profesi (Sign t) 0,007 < 0,05. Selain dilihat
dari nilai probabilitas, keyakinan terhadap profesi dapat pula dilihat dari
nilai thitung, dan diketahui nilai thitung 2,791 > ttabel
2,008, artinya keyakinan terhadap profesi secara parsial berpengaruh terhadap
tingkat materialitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Muhammad Rifqi (2008) yang menyatakan bahwa keyakinan terhadap
profesi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa variabel hubungan sesama profesi yang dimasukkan
dalam regresi tidak berpengaruh terhadap tingkat materialitas. Hal ini
diketahui bahwa nilai hubungan sesama profesi (Sign t) 0,479 > 0,05. Selain
dilihat dari nilai probabilitas, hubungan sesama profesi dapat pula dilihat
dari nilai thitung, dan diketahui nilai thitung 0,713
< ttabel 2,008, artinya hubungan sesama profesi secara parsial
tidak berpengaruh terhadap tingkat materialitas. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rifqi (2008) yang
menyatakan bahwa hubungan sesama profesi tidak berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat materialitas.
Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa variabel etika profesi yang dimasukkan dalam
regresi berpengaruh terhadap tingkat materialitas. Hal ini diketahui bahwa
nilai etika profesi (Sign t) 0,000 < 0,05. Selain dilihat dari nilai
probabilitas, etika profesi dapat pula dilihat dari nilai thitung,
dan diketahui nilai thitung 4,791 > ttabel 2,008,
artinya etika profesi secara parsial berpengaruh terhadap tingkat materialitas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arleen
Herawaty dan Yulius Susanto (2009) yang menyatakan bahwa etika profesi
berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
pengujian diperoleh kesimpulan sebagai berikut Secara simultan Profesionalisme
Auditor dan Etika Profesi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat
Materialitas. Sedangkan secara parsial variabel Profesionalisme Auditor yang
terdiri dari Pengabdian Pada Profesi, Kewajiban Sosial, Kemandirian, Keyakinan
Pada Profesi, Hubungan Sesama Profesi, ada tiga variabel yang berpengaruh
terhadap tingkat materialitas yaitu : kemandirian, keyakinan terhadap profesi,
dan etika profesi. Sedangkan pengabdian terhadap profesi, kewajiban sosial, dan
hubungan sesama profesi tidak berpengaruh terhadap tingkat materialitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Agoes, Sukrisno (2004). Auditing, Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor
Akuntan Publik.
Jakarta: LPEE-UI
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan
Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit
Universitas Dipenogoro.
Hastuti, Dwi, Theresia, dkk., Hubungan Antara Profesionalisme Auditor
Dengan
Pertimbangan
Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan,
Simposium Nasional
Akuntansi VI, Jakarta, 2003.
Herawaty, Arleen dan Yulius Kurnia
Susanto. Profesionalisme, Pengetahuan
Akuntan Publik
dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika
Profesi dan Pertimbangan Tingkat Materialitas. The
2nd National Conference UKWMS, Surabaya, 2009.
Indriantoro, Nur, Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
dan
Manajemen
Ed 1,
BPFE, Yogyakarta, 1999.
Rahmawati, Hubungan antara Profesionalisme Internal Auditor dengan Kinerja Tugas,
Kepuasan Kerja, Komitmen
Organisasi, Keinginan Untuk Pindah, Tesis S2, Program
Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1997.
Rifqi, Muhammad, Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Auditor Dengan
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan, Jurnal
Fenomena, Univervitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2008.
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Penerbit: CV. Alfabeta,
2007.
Sumarsono, Metode Penelitian Akuntansi, Beserta Contoh Intepretasi Hasil
pengolahan data.
(2002).
Syahrir, Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Akuntan Publik Dengan Kinerja,
Kepuasan Kerja, Komitmen, dan
Keinginan Berpindah, Tesis S2, Fakultas Ekonomi,
Universitas Gajah Mada, yogyakarta, 2002.
Wahyudi, Hendro dan Aida Ainul Mardiyah.
Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap
Tingkat Materialitas dalam
Pemeriksaan Laporan Keuangan. Simposium Nasional
Akuntansi IX, Padang, 2006.
Referensi :
No comments:
Post a Comment