Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara terletak di garis khatulistiwa dan berada diantara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Karena letaknya yang berada diantara dua benua, dan dua samudra, ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Terdiri dari 17.508 pulau, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia.
Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa
pada tahun 2006, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia
dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi
bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan
Dewan Perwakilan Rakyat dan presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara kita
ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan
Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara
tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan
Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.
PEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA ZAMAN ORDE LAMA
Periode
perekonomian zaman orde lama sampai tahun 1966
Pada
saat ini :
-
Aspek ekonomi relatif tertinggal.
-
Miskinnya pendataan mengenai keadaan
ekonomi yang memang sudah tertinggal tersebut.
-
Pada masa ini, pengisian kemerdekaan
ditekankan pada aspek politik.
Terdapat
3 periode:
A. Periode
1945 – 1950
-
Sangat singkat, antara bulan November
1945 – Desember 1949 (4 Tahun).
-
Terdapat 5 pemerintahan.
-
Sementara, antara bulan Desember 1949 –
September 1950
Federasin (Konsep Kmgraan),
pemerintahan bersifat PARLEMENTER, di pimpin oleh HATTA, atau massa KABINET
HATTA.
Kabinet ini :
Ø Konsentrasi
pada penyatuan politis wilayah Indonesia ke dalam negara Indonesia Serikat.
Ø Tindakan
utama (penting) : REFORMASI MONETER melalui “Devaluasi mata uang secara
serempak dan pemotongan (arti harfiah) uang yang beredar pada bulan Maret.
B. Periode
DEMOKRASI PARLEMENTER (1950 – 1959)
-
Disebut juga periode Demokrasi Liberal.
-
Berakhir pada Juli 1959
Denkrit Presiden Soekarno “kembali ke UUD’45”
(September 1950 – 5 Juli 1959) (9 Tahun).
-
Ada 7 pemerintahan :
1. Kabinet
Natsir (September 1950 – Maret 1951)
Ø Kabinet
I dalam negara Kesatuan RI.
Ø Syafruddin
Prawiranegara (Mentri Keuangan).
Sumitro D. (Mentri Perdagangan dan Industri).
Ø Pada
masa ini ekspor terdorong kuat, sehingga mampu mengatasi kesulitan neraca
pembayaran, sekaligus penerimaan pemerintah naik.
Ø Import
diliberalisasikan untuk menekan harga 1 umum di dalam negeri.
Ø Kredit
untuk perusahaan asing di perketat, untuk pribumi di perlunak.
Ø 1
kali terumuskan RUP (Rencana Urgensi Perekonomian).
Ø Bercorak
Sosialis – Pragmatis.
2. KABINET
SUKIMAN (April 1951 – Februari 1952)
-
Nasional De Javasche Bank : Bank
Indonesia (22 Mei 1951).
-
Memburuknya situasi fiskal.
-
Eksport menurun, akibat bom Korea.
-
Dihapusnya sistem kurs berganda
(Multiple Exchange Rate System).
-
Surplus anggaran berbalik menjadi
defisite besar.
-
Jatuh karena isu penandatanganan
persetujuan keamanan bersama dengan AS.
3. KABINET
WILOPO (April 1952 – Juni 1953)
-
Konsep anggarannya berimbang (Balanced
Budget) dalam APBN.
-
Import di perketat, diberlakukan
pembayaran dimuka.
-
Rasionalisasi angkatan bersenjata
melalui modernisasi dan pengurangan personil.
-
Menekan pengeluaran pemerintah, > 25%
pengeluaran total tahun sebelumnya.
-
Cadangan devisa merosot tajam.
-
Melanjutkan RUP, program banteng
Membentuk suatu kelas
menengah nasional dengan membatasi alokasi impor hanya kepada pengusaha 1
Nasional. (Diskriminatif – Rasial)
4. KABINET
ALI I (Agustus 1953 – Juli 1955)
-
Defisite baik dalam anggaran belanja
maupun dalam neraca pembayaran.
-
Melindungi importer pribumi.
-
Kegagalan fiskal.
-
Terjadinya kegoncangan kabinet berdampak
pada kurang suksesnya upaya pengendalian laju uang yang beredar, dan tindakan
restabilisasi di arahkan pada pembatasan import.
5. KABINET
BURHANIDDIN (Agustus 1955 – Maret 1956)
-
Dikenal dengan sebutan Kabinet Interim.
-
Tindakan penting:
Ø Liberalisasi
Import (Politik Rasialisme terhadap Importer dihapuskan.
Ø Pembayaran
di muka atas impor
-
Nilai rupiah naik 8% terhadap emas.
-
Konsisten melaksanakan RUP.
-
Membentuk Dewan alat-alat pembayaran
luar negeri.
6. KABINET
ALI II (April 1956 – Maret 1957)
-
Merosotnya cadangan devisa akibat
penyeludupan.
-
Defisite besar dalam anggaran.
-
Dicairkan sertifikat pendorong ekspor.
-
Penerimaan bantuan dari IMF US$55 Juta.
-
Pengajuan UU tentang penanaman Modal
Asing.
-
Dihentikan Program Banteng oleh presiden
Soekarno.
-
Dicanangkan RLT (Rencana Lima Tahun 1956
– 1960), dengan tujuan untuk mendorong industri dasar, jasa pelayanan umumum
dan sektor publik.
7. KABINET
DJUANDA (Maret 1957 – Agustus 1959)
-
Disebut Kabinet Karya.
-
Disebut juga Kabinet Kerja Darurat
Ekstra Parlementer
-
Bersifat terpimpin.
-
Cikal bakal demokrasi terpimpin.
PEREKONOMIAN
INDONESIA ZAMAN ORDE BARU
Pembangunan nasional telah
direnanakan meliputi pembangunan jangka panjang, pembangunan jangka menengah,
pembangunan jangka pendek. Pembangunan jangka panjang tahap I (PJPT I)
berlangsung selama 25 tahun. PJPT I terdiri atas lima tahapan jangka menengah.
Setiap tahapan jangka menengah waktunya lima tahun yang dikenal dengan nama pembangunan
lima tahun (pelita). Setiap pelita di bagi menjadi lima tahapan jangka pendek,
yaitu satu tahunan yang dikenal sebagai pelita tahun pertama, dan seterusnya
sampai pelita tahun ke lima.
Pemerintah orde baru mulai
melaksanakan rencana pembangunan lima tahun sejak 1 April 1969 melalui tahapan
tahapan pelita. Perkembangan perekonomian Indonesia pada masing-masing pelita
adalah sebagai berikut:
PELITA
I
Pelita
I dimulai 1 April 1969 – 31 Maret 1947
Pelita ini menekan pada rehabilitas
ekonomi, khususnya mengangkat hasil pertanian dan penyempurnaan system irigasi
dan transportasi. Hampir seluruh target di sektor produksi berhasil dicapai, bahkan produksi beras
meningkat 25%. Tujuan pelita I adalah menaikkan taraf hidup rakyat dan
sekaligus meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi pembangunan nasional.
PELITA
II
Pelita
II berlangsung pada tanggal 1 April 1974
– 31 Maret 1979.
Pelita II menekan pada peningkatan
standar hidup bangsa Indonesia. Tujuan tersebut di wujudkan dengan menyediakan
pangan, sandang, dan papan yang lebih baik, meningkatkan pemerataan
kesejahteraan; dan menyediakan lapangan kerja.
PELITA
III
Pelita
III dimulai tanggal 1 April 1979 – 31 Maret 1989.
Pelita ini menekankan pada sektor
pertanian untuk mencapai swasemada pangan dan pemantapan industri yang mengolah
bahan dasar atau bahan baku menjadi bahan jadi. Pelita II meningkat 27,4% di
banding pelita sebelumnya. Penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
tinggal 26,9% dari jumlah penduduk tahun 1980.
PELITA
IV
Pelita
IV dimulai 1 April 1984 – 31 Maret 1989.
Pelita ini menekankan pada sektor
pertanian untuk mempertahankan swasembada pangan sekaligus meningkatkan
industri yang dapat memproduksi mesin – mesin untuk industri ringan maupun
berat. Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan tinggal 16,4% dari jumlah
penduduk tahun 1987.
PELITA
V
Pelita
dimulai tanggal 1 April 1989 – 31 Maret 1994.
Pelita ini menekankan pada sektor
industri yang didukung oleh pertumbuhan yang mantap di sektor pertanian.
PELITA
VI
Pelita
VI dimulai 1 April 1994 – 31 Maret 1999.
Pelita VI merupakan awal pembangunan
Jangka Panjang Tahap Kedua (PJPT II). Pada tahap ini bangsa Indonesia memasuki
proses Tinggal Landas menuju terwujudnya masyarakat maju, adil dan mandiri.
Pelita VI menitik beratkan pada bidang ekonomi dengan keterkaitan antara
industri dan pertanian serta bidang pembangunan lainnya guna meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
PEMERINTAHAN
TRANSISI
Krisis finansial Asia yang menyebabkan
ekonomi Indonesia melemah dan semakin besarnya ketidakpuasan masyarakat
Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan
terjadinya demostrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi
mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.
Pemerintahan Soeharto smakin disorot
setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian memicu kerusuhan Mei
1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas hampir diseluruh
Indonesia. Dibawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto
akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Pemerintahan transisi merupakan
peralihan antara pemerintahan zaman Soeharto ke pemerintahan B.J. Habibie.
Keadaan sistem ekonomi Indonesia
pada masa pemerintahan transisi memiliki karakteristik sebagai berikut :
-
Kegoncangan terhadap rupiah terjadi pada
pertengahan 1997, pada saat itu dari Rp 2.500 menjadi Rp 2.650 per dollar AS.
Sejak masa itu keadaan rupiah menjadi tidak stabil.
-
Krisis rupiah akhirnya menjadi semakin
parah dan menjadi krisis ekonomi yang kemudian memunculkan krisis politik
terbesar sepanjang sejarah Indonesia.
-
Pada awal pemerintahan yang dipimpin
oleh Habibie disebut pemerintahan reformasi. Namun, ternyata pemerintahan baru
ini tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, sehingga kalangan masyarakat lebih
suka menyebutnya sebagai masa transisi karena KKN semakin menjadi, banyak
kerusuhan.
PEMERINTAHAN
REFORMASI
Pada masa krisis ekonomi, ditandai
dengan tumbangnya pemerintahan Orde Baru kemudian disusul dengan era reformasi
yang dimulai oleh pemerintahan Presiden Habibie. Pada masa ini tidak hanya hal
ketatanegaraan yang mengalami perubahan, namun juga kebijakan ekonomi. Sehingga
apa yang telah stabil dijalankan selama 32 tahun, terpaksa mengalami perubahan
guna menyesuaikan dengan keadaan.
1.
Masa
Kepemimpinan B.J. Habibie
Pada awal pemerintahan reformasi ,
masyarakat umum dan kalangan pengusaha dan investor, termasuk investor asing,
menaruh pengharapan besar terhadap kemampuan dan kesungguhan pemerintah untuk
membangkitkan kembali perekonomian nasional da menuntaskan semua permasalahan
yang ada di dalam negeri warisan rezim orde baru, seperti korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN); supremasi hukum; hak asasi manusia (HAM); Tragedi Trisakti dan
Semanggi I dan II; peranan ABRI di dalam politik; masalah disintegrasi; dan
lainnya.
Masa pemerintahan Habibie ditandai
dengan mulainya kerjasama dengan Dana Moneter Internasional untuk membantu
dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu, Habibie juga melonggarkan
pengawasan terhadap media massa dan kebebasan berekspresi.
Dibidang ekonomi, ia berhasil memotong
nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000.
Namun pada akhir pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya
ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6.500 per dolar AS
nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya.
Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih
fokus mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan
ekonomi Indonesia, B.J Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
-
Melakukan restrukturisasi dan
rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN (Badan Penyehehatan Perbankan
Nasional) dan unit Pengelola Aset Negara.
-
Melikuidasi beberapa bank yang
bermasalah.
-
Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap
dolar hingga dibawah Rp 10.000,00
-
Membentuk lembaga pemantau dan
penyelesaian masalah utang luar negeri.
-
Mengimplementasikan reformasi ekonomi
yang disyaratkan IMF.
-
Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat.
-
Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
Pemerintahan presiden B.J Habibie yang
mengawali masa reformasi belum melakukan manuver-manuver yang cukup tajam dalam
bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan
stabilitas politik.
2.
Masa
Kepemimpinan K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Dalam hal ekonomi, dibandingkan tahun
sebelumnya, pada tahun 1999 kondisi perekonomian Indonesia mulai menunjukkan
adanya perbaikan. Laju pertumbuhan PDB mulai positif walaupun tidak jauh dari
0% dan pada tahun 2000 proses pemulihan perekonomian Indonesia jauh lebih baik
lagi dengan laju pertumbuhan hampir mencapai 5%. Selain pertumbuhan PDB, laju
inflasi dan tingkat suku bunga (SBI) juga rendah yang mencerminkan bahwa
kondisi moneter di dalam negeri sudah mulai stabil.
Akan tetapi, ketenangan masyarakat
setelah terpilihnya Presiden Indonesia keempat tidak berlangsung lama. Presiden
mulai menunjukkan sikap dan mengeluarkam ucapan-ucapan kontroversial yang
membingungkan pelaku-pelaku bisnis. Presiden cenderung bersikap diktator dan
praktek KKN di lingkungannya semakin intensif, bukannya semakin berkurang yang
merupakan salah satu tujuan dari gerakan reformasi. Ini berarti bahwa walaupun
namanya pemerintahan reformasi, tetapi tetap tidak berbeda dengan rezim orde
baru. Sikap presiden tersebut juga menimbulkan perseteruan dengan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) yang klimaksnya adalah dikeluarkannya peringatan resmi
kepada Presiden lewat Memorandum I dan II. Dengan dikeluarkannyab Memorandum II
jadi dilaksanakan pada bulan Agustus 2001.
Selama pemerintahan reformasi, praktis
tidak ada satu pun masalah di dalam negeri yang dapat terselesaikann dengan
baik. Berbagai kerusuhan sosial yang bernuansa disintegrasi dan sara terus
berlanjut, misalnya pemberontakan Aceh, konflik Maluku, dan pertikaian etnis di
Kalimantan Tengah. Belum lagi demonstrasi buruh semakin gencar yang
mencerminkan semakin tidak puas mereka terhadap kondisi perekonomian di dalam
negeri, juga pertikaian elite politik semakin besar.
Selain itu, hubungan pemerintah
Indonesia dibawah pimpinan Abdurrahman Wahid dengan IMF juga tidak baik,
terutama karena masalah amandemen UU No. 23 tahun 1999 mengenai Bank Indonesia;
penerapan otonomi daerah, terutama menyangkut kebebasan daerah untuk pinjam
uang dari luar negeri; dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda pelaksanaannya.
Tidak tuntasnya revisi tersebut mengakibatkan IMF menunda pencairan bantuannya
kepada pemerintah Indonesia, padahal roda perekonomian nasional saat ini sangat
tergantung pada bantuan IMF. Selain itu, Indonesia terancam dinyatakan bangkrut
oleh Paris Club (negara-negara donor)
karena sudah kelihatan jelas bahwa Indonesia dengan kondisi perekonomiannnya
yang semakin buruk dan defisit keuangan pemerintah yang terus menerus
membengkak, tidak mungkin mampu membayar kembali utangnya yang sebagian besar
akan jatuh tempo tahun 2002 mendatang. Bahkan, Bank Dunia juga sempat mengancam
akan menghentikan pinjaman baru jika kesepakatan IMF dengan pemerintah
Indonesia macet.
Ketidakstabilan politik dan sosial yang
tidak semakin surut selama pemerintahan Abdurrahman Wahid menaikkan tingkat country risk Indonesia. Ditambah lagi
dengan memburuknya hubungan antara pemerintah Indonesia dan IMF. Hal ini
membuat pelaku-pelaku bisnis, termasuk investor asing, menjadi enggan melakukan
kegiatan bisnis atau menanamkan modalnya di Indonesia. Akibatnya, kindisi
perekonomian nasional pada masa pemerintahan reformasi cenderung lebih buruk
dari pada saat pemerintahan transisi. Bahkan, lembaga pemeringkatan
Internasional Moody’s Investor Service
mengkonfirmasi bertambah buruknya country
risk Indonesia. Meskipun beberapa indikator ekonomi makro mengalami
perbaikan, namun karena kekhawatiran kondisi politik dan sosial, lembaga rating lainnya (seperti Standard & Poors) menurunkan prospek
jangka panjang Indonesia dari stabil ke negatif.
Kalau kondisi seperti ini terus
berlangsung, tidak mustahil tahun 2002 ekonomi Indonesia akan mengalami
pertumbuhan jauh lebih kecil dari tahun sebelumnya, bahkan bisa kembali
negatif. Pemerintah tidak menunjukkan keinginan yang sungguh-sungguh (political will) untuk menyelesaikan
krisis ekonomi hingga tuntas dengan prinsip once
and for all. Pemerintah cenderung menyederhanakan krisis ekonomi dewasa ini
dengan menganggap persoalannya hanya terbatas pada agenda masalah amandemen UU
Bank Indonesia, desentralisasi fiskal, restrukturisasi utang, dan divestasi BCA
dan Bank Niaga. Munculnya berbagai kebijakan pemerintah yang controversial dan
inkonsistens, termasuk pengenaan bea masuk impor mobil mewah untuk kegiatan KTT
G-15 yang hanya 5% (nominal 75%) dan pembebasan pajak atas pinjaman luar negeri
dan hibah, menunjukkan tidak adanya sense
of crisis terhadap kondisi riil perekonomian negara saat ini.
Fenomena makin rumitnya persoalan
ekonomi ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi. Pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) antara 30 Maret 2000 hingga 8 Maret 2001 menunjukkan growth trend yang negatif. Dalam
perkataan lain, selama periode tersebut IHSG merosot hingga lebih dari 300 poin
yang disebabkan oleh lebih besarnya kegiatan penjualan dripada keegiatan
pembelian dalam perdagangan saham didalam negeri. Hal ini mencerminkan semakin
tidak percayanya pelaku bisnis dan masyarakat terhadap prospek perekonomian
Indonesia, paling tidak untuk periode jangka pendek.
Pada masa kepemimpinan preside
Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk
menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi
yang diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN (korupsi,
kolusi, dan nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi,
dan mempertahankan kurs rupiah. Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang
menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat. Akibatnya, kedudukannya
digantikan oleh presiden Megawati.
3.
Masa
Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri
Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri
mengalami masalah-masalah yang terdesak untuk dipecahkan adalah pemulihan
ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi
persoalan-persoalan ekonomi antara lain:
-
Meminta penundaan pembayaran utang
sebesar US$ 5,8 miliyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran
utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
-
Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi
adalah menjual perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan
melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan
mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia menjadi 4,1% Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi,
karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
Dimasa ini juga direalisasikan
berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi belum ada gebrakan
konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat banyak
investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu
jalannya pembangunan nasional.
Meski ekonomi Indonesia mengalami banyak
perbaikan, seperti nilai mata tukar rupiah yang lebih stabil, namun Indonesia
pada masa pemerintahannya tetap tidak menunjukkan perubahan yang berarti dalam
bidang-bidang lain.
4.
Masa
Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono
Pemerintahan
Indonesia Bersatu Jilid I (Era SBY-JK) = (2004 – 2009)
Masa Kepemimpinan Susilo Bambang
Yudhoyono terdapat kebijakan kontroversial yaitu mengurangi subsidi BBM, atau
dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh
naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor
pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Kebijikan kontroversial pertama itu
menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT)
bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan
pembagiannya menimbulkanberbagai masalah sosial. Kebijakan yang ditempuh untuk
meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan infrastruktur
massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta menundang investor asing
dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya
Indonesian Infrastructure Summit pada bulan Noveember 2006 lalu, yang
mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.
Menurut Keynes, investasi merupakan
faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan
pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor,
terutama investor asing, salah satunya adalah revisi undang-undang
ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan
jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
Pada pertengahan bulan Oktober 2006,
Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan
ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam
menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar
negeri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi
antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat
dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret
2006.
Hal ini disebabkan karena hal,
antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sector riil sangat kurang
(perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sector riil
kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintah
terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya
serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran . Jadi, disatu sisi pemerintah
berupaya mengundang investor dari luar negeri, tapi di lain pihak, kondisi
dalam negeri masih kurang kondusif.
Namun, selama masa pemerintahan SBY,
perekonomian Indonesia memang berada pada masa keemasannya. Indikator yang
cukup menyita perhatian adalah inflasi.
Pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid II
(Era SBY – Boediono) = (2009-2014)
Pada
periode ini, pemerintah khususnya melalui Bank Indonesia menetapkan empat
kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional negara yaitu:
1. BI
rate
2. Nilai
tukar
3. Operasi
moneter
4. Kebijakan
makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas dan makroprudensial lalu lintas
modal.
Dengan
kebijakan-kebijakan ekonomi diatas, diharapkan pemerintah dapat meningkatan
pertumbuhan ekonomi negara yang akan berpengaruh pula pada meningkatnya
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Indonesia
saat ini menjadi ekonomi nomor 17 terbesar di dunia.
Krisis
Keuangan Indonesia Akhir Tahun 2005
Pada akhir tahun 2005 Indonesia
menghadapi ‘mini-krisis’ akibat kenaikan harga minyak Internasional dan impor.
Mata uang mencapai Rp 12.000 / USD1 sebelum stabil. Pemerintah dipaksa untuk
memotong subsidi BBM yang sangat besar, yang direncanakan untuk biaya $ 14
miliar untuk tahun 2005, pada bulan Oktober. Hal ini menyebabkan lebih dari dua
kali lipat dalam harga bahan bakarv konsumen, sehingga inflasi dua digit.
Situasi telah stabil, tetapi ekonomi terus berjuang dengan inflasi sebesar 17%
pada tahun 2005.
Untuk tahun 2006, prospek ekonomi
Indonesia lebih positif. Pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 5,1% pada tahun
2004 dan mencapai 5,6% pda tahun 2005. Kapita riil per telah mencapai tahun
fiskal 1996/1997 tingkat. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh konsumsi
domestik, yang menyumbang sekitar tiga perempat dari produk domestik bruto
Indonesia. The Bursa Efek Jakarta adalah pasar berkinerja terbaik di Asia pada
tahun 2004 naik sebesar 42%. Masalah yang terus menempatkan hambatan pada
pertumbuhan termasuk tingkat investasi yang rendah asing, birokrasi, dan
korupsi yang sangat meluas yang menyebabkan 51430000000000 Rupiah atau
5657300000 Dolar AS atau sekitar 1,4% dari PDB akan hilang secara tahunan.
Namun, ada optimisme yang sangat kuat dengan kesimpulan pemilu damai selama
tahun 2004 dan pemilihan presiden reformis Susilo Bambang Yudhoyono.
Tingkat pengangguran pada bulan
Februari 2007 adalah 9,75%. Meskipun pelambatan ekonomi global, pertumbuhan
ekonomi Indonesia di percepat ke tertinggi sepuluh tahun dari 6,3% pada tahun
2007. Tingkat pertumbuhan ini sudah cukup untuk mengurangi kemiskinan dari
17,8% menjadi 16,6% berdasarkan garis kemiskinan Pemerintah dan membalikkan
tren baru-baru ini terhadap pertumbuhan pengangguran, dengan pengangguran turun
menjadi 8,46% pada Februari 2008. Yidak seperti banyak dari yang lebih
tergantung pada ekspor tetangga, telah berhasil rok resesi, dibantu oleh
permintaan domestik yang kuat (yang membuat naik sekitar dua-pertiga dari
ekonomi) dan paket stimulus fiskal pemerintah sekitar 1,4% dari PDB, diumumkan
awal tahun ini. Setelah India dan China, Indonesia saat ini pertumbuhan ekonomi
tercepat ketiga dalam Kelompok Dua Puluh (G20) Industri dan negara berkembang.
Perekonomian $ 512.000.000.000 diperluas 4,4% pada kuartal pertama dari tahun sebelumnya
dan bulan lalu, IMF merevisi proyeksi tahun 2009 bagi negara untuk 3-4% dari
2,5%. Indonesia menikmati fundamental kuat dengan otoritas diimplementasikan
luas reformasi ekonomi dan keuangan, termasuk penurunancepat dalam utang publik
dan eksternal, penguatan lembar sektor korporasi dan perbankan keseimbangan dan
mengurangi kerentanan bank melalui kapitalisasi yang lebih tinggi dan
pengawasan yang lebih baik.
Negara Tujuan Ekspor 10 Komoditi Utama
No.
|
Komoditas
|
Negara Tujuan
|
|
1.
|
AMERIKA
SERIKAT, JEPANG, JERMAN, TURKI, KOREA SELATAN, INGGRIS, UNI EMIRAT ARAB, REP.RAKYAT
TIONGKOK, BRASILIA, MALAYSIA, BELGIA, ITALIA, BELANDA, SPANYOL, KANADA, SAUDI
ARABIA, THAILAND, PERANCIS, VIETNAM, TAIWAN
|
||
2.
|
SINGAPURA,
AMERIKA SERIKAT, JEPANG, HONGKONG, REP.RAKYAT TIONGKOK, JERMAN, MALAYSIA,
BELANDA, KOREA SELATAN, PILIPINA, PERANCIS, THAILAND, INDIA, AUSTRALIA, UNI
EMIRAT ARAB, INGGRIS, TAIWAN, VIETNAM, BELGIA, ITALIA
|
||
3.
|
AMERIKA
SERIKAT, JEPANG, REP.RAKYAT TIONGKOK, KOREA SELATAN, SINGAPURA, BRASILIA,
JERMAN, KANADA, BELANDA, TURKI, PERANCIS, INDIA, SPANYOL, ITALIA, INGGRIS,
BELGIA, TAIWAN, REP.AFRIKA SELATAN, AUSTRALIA, ARGENTINA
|
||
4.
|
HONGKONG,
INDIA, VIETNAM, REP.RAKYAT TIONGKOK, JERMAN, SINGAPURA, KOREA UTARA, ITALIA,
MALAYSIA, THAILAND, SPANYOL, TAIWAN, JEPANG, KAMBOJA, SRI LANGKA, REP.AFRIKA
SELATAN, PERANCIS, PILIPINA, AMERIKA SERIKAT, MEKSIKO
|
||
5.
|
INDIA,
REP.RAKYAT TIONGKOK, MALAYSIA, BANGLA DESH, BELANDA, MESIR, SINGAPURA,
ITALIA, SPANYOL, UKRAINE, IRAN, FEDERASI RUSIA, PAKISTAN, JERMAN, TANZANIA,
BRASILIA, REP.AFRIKA SELATAN, VIETNAM, MYANMAR, KENYA
|
||
6.
|
JEPANG,
REP.RAKYAT TIONGKOK, AMERIKA SERIKAT, KOREA SELATAN, AUSTRALIA, MALAYSIA,
TAIWAN, SAUDI ARABIA, UNI EMIRAT ARAB, INDIA, JERMAN, BELANDA, INGGRIS,
VIETNAM, SINGAPURA, BELGIA, ITALIA, PERANCIS, BANGLA DESH, THAILAND
|
||
7.
|
AMERIKA
SERIKAT, BELGIA, JERMAN, INGGRIS, BELANDA, ITALIA, JEPANG, MEKSIKO, PERANCIS,
BRASILIA, REP.RAKYAT TIONGKOK, DENMARK, PANAMA, KOREA SELATAN, SINGAPURA,
SPANYOL, AUSTRALIA, FEDERASI RUSIA, CHILI, REP.AFRIKA SELATAN
|
||
8.
|
THAILAND,
JEPANG, SAUDI ARABIA, PILIPINA, MALAYSIA, SINGAPURA, UNI EMIRAT ARAB,
REP.AFRIKA SELATAN, BRASILIA, VIETNAM, REP.RAKYAT TIONGKOK, MEKSIKO, OMAN,
KAMERUN, TAIWAN, INGGRIS, MYANMAR, JERMAN, INDIA, KUWAIT
|
||
9.
|
AMERIKA
SERIKAT, JEPANG, REP.RAKYAT TIONGKOK, INGGRIS, BELGIA, HONGKONG, VIETNAM,
SINGAPURA, PERANCIS, KANADA, AUSTRALIA, MALAYSIA, TAIWAN, FEDERASI RUSIA,
BELANDA, ITALIA, JERMAN, KOREA SELATAN, DENMARK
|
||
10.
|
MALAYSIA,
AMERIKA SERIKAT, SINGAPURA, KOREA UTARA, SPANYOL, JERMAN, PERANCIS, BELANDA,
INGGRIS, AUSTRALIA, PILIPINA, INDIA, KANADA, THAILAND, JEPANG, BRASILIA, UNI
EMIRAT ARAB, ESTONIA, FEDERASI RUSIA, SELANDIA BARU
|
Negara Tujuan Ekspor 10
Komoditi Potensial
No.
|
Komoditas
|
Negara Tujuan
|
|
1.
|
AMERIKA
SERIKAT, JEPANG, JERMAN, ITALIA, MALAYSIA, BELGIA, INGGRIS, FEDERASI RUSIA,
MESIR, MAROKO, INDIA, TAIWAN, KANADA, AUSTRALIA, GEORGIA, SINGAPURA,
ALJAZAIR, EKUADOR, PERANCIS, REP.AFRIKA SELATAN
|
||
2.
|
SINGAPURA,
JERMAN, JEPANG, AMERIKA SERIKAT, INDIA, REP.RAKYAT TIONGKOK, BELANDA,
MALAYSIA, AFGANISTAN, THAILAND, TAIWAN, KENYA, IRAN, KANADA, HONGKONG,
PERANCIS, AUSTRALIA, TIMOR TIMUR, SAUDI ARABIA, PILIPINA
|
||
3.
|
INDIA,
MALAYSIA, AMERIKA SERIKAT, TAIWAN, JEPANG, SINGAPURA, PERANCIS, BELANDA,
JERMAN, SWISS, KOREA SELATAN, VIETNAM, AUSTRALIA, HONGKONG, ARGENTINA,
THAILAND, INGGRIS, SAUDI ARABIA, UNI EMIRAT ARAB, YORDANIA
|
||
4.
|
AMERIKA
SERIKAT, MALAYSIA, PILIPINA, SINGAPURA, JEPANG, REP.RAKYAT TIONGKOK, KAMBOJA,
THAILAND, VIETNAM, SAUDI ARABIA, BELANDA, JERMAN, HONGKONG, AUSTRALIA,
BELGIA, INGGRIS, INDIA, SPANYOL, KOREA SELATAN, TAIWAN
|
||
5.
|
AMERIKA
SERIKAT, SINGAPURA, PERANCIS, INDIA, SWISS, SPANYOL, JERMAN, BELANDA,
REP.RAKYAT TIONGKOK, INGGRIS, MEKSIKO, UNI EMIRAT ARAB, TURKI, ITALIA,
BRASILIA, JEPANG, PAKISTAN, HONGKONG, TAIWAN, TIMOR TIMUR
|
||
6.
|
JEPANG,
AMERIKA SERIKAT, THAILAND, VIETNAM, REP.RAKYAT TIONGKOK, SINGAPURA, MALAYSIA,
ITALIA, KOREA SELATAN, HONGKONG, TAIWAN, SPANYOL, FEDERASI RUSIA, AUSTRALIA,
BELGIA, BELANDA, PERANCIS, JERMAN, INGGRIS, IRAN
|
||
7.
|
AMERIKA
SERIKAT, JEPANG, INGGRIS, JERMAN, AUSTRALIA, PERANCIS, BELANDA, KOREA
SELATAN, SPANYOL, SINGAPURA, ITALIA, KANADA, TAIWAN, BELGIA, REP.AFRIKA SELATAN,
MALAYSIA, SWEDIA, UNI EMIRAT ARAB, REP.RAKYAT TIONGKOK, BRASILIA
|
||
8.
|
SINGAPURA,
HONGKONG, REP.AFRIKA SELATAN, AUSTRALIA, AMERIKA SERIKAT, UNI EMIRAT ARAB,
JEPANG, ITALIA, BELANDA, THAILAND, MALAYSIA, JERMAN, KOREA SELATAN, INGGRIS,
DENMARK, TURKI, SPANYOL, PERANCIS, SWISS, KANADA
|
||
9.
|
AMERIKA
SERIKAT, VIETNAM, INDIA, BELANDA, SINGAPURA, JERMAN, JEPANG, ITALIA,
MALAYSIA, PERANCIS, REP.RAKYAT TIONGKOK, AUSTRALIA, THAILAND, BELGIA, KOREA
SELATAN, BRASILIA, INGGRIS, FEDERASI RUSIA, KANADA, PAKISTAN
|
||
10.
|
JEPANG,
REP.RAKYAT TIONGKOK, THAILAND, SINGAPURA, PILIPINA, MALAYSIA, BANGLA DESH,
IRAN, SAUDI ARABIA, TURKI, UNI EMIRAT ARAB, MESIR, AUSTRALIA, AMERIKA
SERIKAT, KANADA, MEKSIKO, BRASILIA, KOLUMBIA, BELANDA, JERMAN
|
EKSPOR
– IMPOR
Uraian
|
Jan 2014
|
Jan-Jan
2014
|
||
Milyar US$
|
% MoM
|
Milyar US$
|
% YoY
|
|
Ekspor
|
14,48
|
14,63
|
14,48
|
5,79
|
Migas
|
2,50
|
26,69
|
2,50
|
5,93
|
Non Migas
|
11,99
|
11,60
|
11,99
|
5,76
|
Impor
|
14,92
|
3,50
|
14,92
|
3,46
|
|
Migas
|
3,55
|
15,81
|
3,55
|
10,39
|
|
Non Migas
|
11,36
|
1,13
|
11,36
|
1,07
|
|
Jan 2014
|
: Defisit
US$ 0,44 Milyar
|
||||
Jan-Jan
2014
|
: Defisit
US$ 0,44 Milyar
|
||||
Sumber:
Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan
Keterangan : Angka Sementara
Keterangan : Angka Sementara
GDP
Tahun
|
Constant Price
|
Current Price
|
||
PDB (Billion)
|
Change (%)
|
PDB (Billion)
|
Change (%)
|
|
2012
|
2.618.139,20
|
6.23
|
8.241.864,30
|
11.03
|
QT1
|
632.848,40
|
1.42
|
1.975.475,00
|
2.76
|
QT2
|
650.588,90
|
2.80
|
2.051.047,50
|
3.83
|
QT3
|
671.780,80
|
3.20
|
2.119.648,50
|
3.34
|
QT4
|
662.008,20
|
-1.40
|
2.095.693,30
|
-1.13
|
2013
|
||||
QT1
|
638.294,60
|
1.52
|
1.980.442,40
|
2.31
|
QT2
|
655.626,60
|
2.72
|
2.055.248,40
|
3.78
|
QT3
|
676.624,80
|
3.20
|
2.193.609,00
|
6.73
|
QT4
|
666.430,00
|
-1.51
|
2.185.939,70
|
-0.35
|
Sumber:
Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan
NERACA PERDAGANGAN INDONESIA
TOTAL
Periode :
2009-2014
(Nilai :
Juta US$)
NO
|
Uraian
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
TREND(%) 2009-2013
|
Jan-Jan*
|
CHANGE(%) 2014/2013
|
|
2013
|
2014
|
|||||||||
I
|
E X P O R
T
|
116.510,0
|
157.779,1
|
203.496,6
|
190.020,1
|
182.551,8
|
11,45
|
15.375,5
|
14.484,9
|
-5,79
|
- OIL
& GAS
|
19.018,3
|
28.039,6
|
41.477,0
|
36.977,3
|
32.633,0
|
14,53
|
2.653,7
|
2.496,2
|
-5,94
|
|
- NON OIL
& GAS
|
97.491,7
|
129.739,5
|
162.019,6
|
153.042,8
|
149.918,8
|
10,80
|
12.721,8
|
11.988,7
|
-5,76
|
|
II
|
I M P O R
T **)
|
96.829,2
|
135.663,3
|
177.435,6
|
191.689,5
|
186.628,7
|
18,03
|
15.450,2
|
14.915,5
|
-3,46
|
- OIL
& GAS
|
18.980,7
|
27.412,7
|
40.701,5
|
42.564,2
|
45.266,4
|
24,34
|
3.966,0
|
3.554,1
|
-10,39
|
|
- NON OIL
& GAS
|
77.848,5
|
108.250,6
|
136.734,0
|
149.125,3
|
141.362,3
|
16,34
|
11.484,2
|
11.361,4
|
-1,07
|
|
III
|
TOTAL
|
213.339,3
|
293.442,4
|
380.932,2
|
381.709,6
|
369.180,5
|
14,57
|
30.825,7
|
29.400,4
|
-4,62
|
- OIL
& GAS
|
37.999,0
|
55.452,3
|
82.178,6
|
79.541,4
|
77.899,4
|
19,68
|
6.619,7
|
6.050,3
|
-8,60
|
|
- NON OIL
& GAS
|
175.340,2
|
237.990,1
|
298.753,6
|
302.168,1
|
291.281,1
|
13,36
|
24.206,0
|
23.350,1
|
-3,54
|
|
IV
|
BALANCE
|
19.680,8
|
22.115,8
|
26.061,1
|
-1.669,4
|
-4.076,9
|
0,00
|
-74,7
|
-430,6
|
476,44
|
- OIL
& GAS
|
37,6
|
626,9
|
775,5
|
-5.586,9
|
-12.633,4
|
0,00
|
-1.312,3
|
-1.057,9
|
-19,39
|
|
- NON OIL
& GAS
|
19.643,2
|
21.488,9
|
25.285,5
|
3.917,6
|
8.556,5
|
-28,57
|
1.237,6
|
627,3
|
-49,31
|
Sumber: BPS, Processed by Trade Data
and Information Center, Ministry of Trade
Keterangan:
*) Angka sementara
Nilai Tukar Mata Uang Asing Terhadap Rupiah
Tahun
|
USD
|
JPY
|
DEM
|
NLG
|
GBP
|
FRF
|
CHF
|
SGD
|
MYR
|
HKD
|
AUD
|
CAD
|
2013
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
Januari
|
9.698,00
|
10.676,00
|
0,00
|
0,00
|
15.325,00
|
0,00
|
10.655,00
|
7.834,00
|
3.133,00
|
1.250,00
|
10.113,00
|
9.677,00
|
Februari
|
9.667,00
|
10.460,00
|
0,00
|
0,00
|
14.663,00
|
0,00
|
10.405,00
|
7.822,00
|
3.125,00
|
1.246,00
|
9.926,00
|
9.451,00
|
Maret
|
9.719,00
|
10.323,00
|
0,00
|
0,00
|
14.714,00
|
0,00
|
10.191,00
|
7.816,00
|
3.133,00
|
1.252,00
|
10.130,00
|
9.564,00
|
April
|
9.722,00
|
9.925,00
|
0,00
|
0,00
|
15.055,00
|
0,00
|
10.368,00
|
7.879,00
|
3.207,00
|
1.253,00
|
10.057,00
|
9.606,00
|
Mei
|
9.802,00
|
9.705,00
|
0,00
|
0,00
|
14.927,00
|
0,00
|
10.276,00
|
7.786,00
|
3.185,00
|
1.263,00
|
9.476,00
|
9.516,00
|
Juni
|
9.929,00
|
10.035,00
|
0,00
|
0,00
|
15.159,00
|
0,00
|
10.526,00
|
7.841,00
|
3.124,00
|
1.280,00
|
9.184,00
|
9.473,00
|
Juli
|
10.278,00
|
10.486,00
|
0,00
|
0,00
|
15.660,00
|
0,00
|
11.061,00
|
8.086,00
|
3.166,00
|
1.325,00
|
9.296,00
|
9.983,00
|
Agustus
|
10.924,00
|
11.129,00
|
0,00
|
0,00
|
16.950,00
|
0,00
|
11.745,00
|
8.563,00
|
3.307,00
|
1.409,00
|
9.766,00
|
10.372,00
|
September
|
11.613,00
|
11.869,00
|
0,00
|
0,00
|
18.770,00
|
0,00
|
12.826,00
|
9.234,00
|
3.564,00
|
1.498,00
|
10.798,00
|
11.262,00
|
Oktober
|
11.234,00
|
11.415,00
|
0,00
|
0,00
|
18.014,00
|
0,00
|
12.490,00
|
9.068,00
|
3.561,00
|
1.449,00
|
10.675,00
|
10.723,00
|
November
|
11.977,00
|
11.680,00
|
0,00
|
0,00
|
19.596,00
|
0,00
|
13.234,00
|
9.537,00
|
3.712,00
|
1.545,00
|
10.858,00
|
11.299,00
|
Desember
|
12.189,00
|
11.617,00
|
0,00
|
0,00
|
20.097,00
|
0,00
|
13.732,00
|
9.628,00
|
3.708,00
|
1.572,00
|
10.876,00
|
11.443,00
|
2014
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
Januari
|
12.226,00
|
11.955,00
|
0,00
|
0,00
|
20.240,00
|
0,00
|
13.652,00
|
9.578,00
|
3.654,00
|
1.574,00
|
10.669,00
|
10.933,00
|
Inflasi Menurut Kelompok
Pengeluaran
Tahun
|
Food Stuff
|
Prepared Food
|
Housing
|
Clothing
|
Medical Care
|
Education
|
Transportation
|
General
|
2013
|
7,19
|
2,68
|
2,99
|
-3,64
|
1,79
|
0,61
|
3,94
|
3,35
|
Januari
|
3,39
|
0,46
|
0,56
|
0,25
|
0,29
|
0,05
|
-0,28
|
1,03
|
Februari
|
2,08
|
0,47
|
0,82
|
-0,59
|
0,56
|
0,19
|
0,08
|
0,75
|
Maret
|
2,04
|
0,40
|
0,21
|
-0,70
|
0,24
|
0,12
|
0,19
|
0,63
|
April
|
-0,80
|
0,30
|
0,41
|
-1,13
|
0,22
|
0,15
|
0,10
|
-0,10
|
Mei
|
-0,83
|
0,35
|
0,75
|
-1,22
|
0,23
|
0,06
|
0,05
|
-0,03
|
Juni
|
1,17
|
0,67
|
0,21
|
-0,29
|
0,23
|
0,04
|
3,80
|
1,03
|
Juli
|
5,46
|
1,55
|
0,44
|
-0,09
|
0,40
|
0,69
|
9,60
|
3,29
|
Agustus
|
1,75
|
0,68
|
0,66
|
1,81
|
0,37
|
1,36
|
0,95
|
1,12
|
September
|
-2,88
|
0,78
|
0,61
|
2,99
|
0,27
|
0,71
|
-0,79
|
-0,35
|
Oktober
|
-0,62
|
0,55
|
0,26
|
-0,56
|
0,33
|
0,31
|
0,53
|
0,09
|
November
|
-0,47
|
0,27
|
0,68
|
-0,03
|
0,34
|
0,11
|
0,02
|
0,12
|
Desember
|
0,79
|
0,73
|
0,44
|
0,17
|
0,16
|
0,06
|
0,56
|
0,55
|
2014
|
3,13
|
1,16
|
1,18
|
1,12
|
1,01
|
0,45
|
0,35
|
1,33
|
Januari
|
2,77
|
0,72
|
1,01
|
0,55
|
0,72
|
0,28
|
0,20
|
1,07
|
Februari
|
0,36
|
0,43
|
0,17
|
0,57
|
0,28
|
0,17
|
0,15
|
0,26
|
Referensi:
No comments:
Post a Comment